Orang jepang sukses ya. Tentu kita sering bukan mendengar hal itu dari beberapa orang. Yups Jepang termasuk salah satu negara di Asia yang paling menonjol dalam hal kesejahteraan masyarakatnya. Menurut JapanTimes, dari data 2016, warga yang umurnya 65 tahun ke atas banyak yang hidup sejahtera.Padahal, kalau ditilik sejarahnya, Jepang porak-poranda saat Perang Dunia II berakhir. Dua kota besarnya, Nagasaki dan Hiroshima, hancur-lebur dihajar bom atom dari Amerika Serikat.Ekonomi pun morat-marit. Banyak warga yang hidup di bawah standar. Apa-apa mahal.Tapi gak butuh waktu lama buat Negeri Sakura untuk kembali berbunga. Kuncinya adalah kedisplinan. Nobuko Uchida dari Universitas Tsukuba punya penjelasan bagaimana budaya disiplin itu bisa mengakar dalam keluarga Jepang.Makanya, banyak warga setempat yang kini muda tapi udah sukses. Sehingga ketika tua bisa menikmati kesuksesan itu. Bukan hidup terlunta-lunta saat udah pensiun.Sayangnya, budaya ini kayaknya belum tertanam di kalangan masyarakat Indonesia. Lihat saja itu orang-orang di jalan raya. Gak di kota gak di desa, kalau gak ada polisi enjoy aja naik sepeda motor gak pakai helm. Lampu merah dilanggar.
Giliran ketahuan polisi yang kebetulan lewat, kena tilang, mewek. Ujung-ujungnya ngasih duit suap biar gak repot-repot ngurus SIM dan STNK di pengadilan. Ini yang mesti diperbaiki.
Susah sih, karena sistemnya dari dulu kayak gitu. Kedisplinan masih dipandang remeh di dalam negeri. Tapi bukan berarti kita gak bisa mengasah kedisplinan ketika sudah gak lagi kanak-kanak.
Kalau mau sukses di usia muda, inilah saatnya untuk meniru budaya Jepang itu. Bagaimana caranya, berikut ini kita lihat bersama.
1. Terus belajar
Gak ada kata berhenti untuk belajar, bahkan meski sudah lulus kuliah. Dunia ini terlalu luas untuk dipelajari sampai bangku kuliah doang. Dengan mau belajar, artinya kita membuka ruang untuk berdisiplin.
Misalnya rutin baca buku. Otomatis kita mesti disiplin meluangkan waktu untuk menyelesaikan buku yang kita baca. Misalnya jam 7-9 malam khusus buat baca buku. Atau 1 jam sebelum tidur baca buku.
2. Pantang menyerah
Orang yang disiplin gak bakal mudah menyerah. Contohnya harus masuk kerja atau kuliah pagi, ya jangan sampai menyerah pada rasa kantuk sehingga molor. Walau malamnya banyak aktivitas, esok pagi mesti udah siap beraktivitas lagi.
3. Tahu batas
Berkaitan dengan poin nomor 2, kita juga mesti tahu batas untuk mengejar kedisplinan diri. Rencana yang udah ditetapkan jangan sampai terganggu akibat kita melanggar batas.
Misalnya contoh kasus di poin kedua di atas. Pada saat itulah diperlukan kebijakan demi kedisplinan. Kalau tahu besok ada kewajiban pagi-pagi, batasi kegiatan malam harinya. Jangan sampai lupa diri, sehingga repot sendiri.
4. Tidak meremehkan
Berkaca pada kasus suap polisi di atas, kita seperti meremehkan hukum. Mungkin terdengar sepele, bayar Rp 50 ribu bebas tilang. Tapi dampaknya itu lho.
Kalau praktik ini jadi hal lumrah, bukan budaya disiplin yang mengakar, melainkan budaya korupsi. Tanamkan sikap taat hukum pada diri sendiri. Jika gak ada polisi tapi lampu merah, ya berhenti. Orang lain mau melanggar, biarkan saja. Tegur kalau perlu.
5. Berani ambil risiko
Risiko ada untuk diambil, bukan dihindari. Sebab, ada potensi keuntungan besar di balik risiko yang besar. Seperti investasi, kalau imbal hasil gede pasti risiko gede juga. Demikian juga sebaliknya.
Misalnya dalam rapat kerjaan, kita bisa melontarkan ide apa pun itu. Jangan malah ditahan karena gak pede. Risiko ditolak, ya gak apa-apa. Paling gak kita udah menunjukkan sikap dan niat bahwa kita serius dalam karier.
6. Berani saja mengutarakan pendapat kapan pun ada kesempatan.
Sekarang sudah saatnya bagi kita untuk meniru budaya Jepang tentang kedisiplinan. Bukan hanya makanan atau gaya rambutnya.
Apalagi jika pernah punya pengalaman buruk dalam usaha atau karier. Kebangkitan Jepang dari negara kalah perang menjadi adidaya seperti sekarang bisa dijadikan motivasi. Jepang saja bisa, kita juga bisa dong.yang paling di perlukakan adalah kemauan untuk berkembang.
3. Tahu batas
Berkaitan dengan poin nomor 2, kita juga mesti tahu batas untuk mengejar kedisplinan diri. Rencana yang udah ditetapkan jangan sampai terganggu akibat kita melanggar batas.
Misalnya contoh kasus di poin kedua di atas. Pada saat itulah diperlukan kebijakan demi kedisplinan. Kalau tahu besok ada kewajiban pagi-pagi, batasi kegiatan malam harinya. Jangan sampai lupa diri, sehingga repot sendiri.
4. Tidak meremehkan
Berkaca pada kasus suap polisi di atas, kita seperti meremehkan hukum. Mungkin terdengar sepele, bayar Rp 50 ribu bebas tilang. Tapi dampaknya itu lho.
Kalau praktik ini jadi hal lumrah, bukan budaya disiplin yang mengakar, melainkan budaya korupsi. Tanamkan sikap taat hukum pada diri sendiri. Jika gak ada polisi tapi lampu merah, ya berhenti. Orang lain mau melanggar, biarkan saja. Tegur kalau perlu.
5. Berani ambil risiko
Risiko ada untuk diambil, bukan dihindari. Sebab, ada potensi keuntungan besar di balik risiko yang besar. Seperti investasi, kalau imbal hasil gede pasti risiko gede juga. Demikian juga sebaliknya.
Misalnya dalam rapat kerjaan, kita bisa melontarkan ide apa pun itu. Jangan malah ditahan karena gak pede. Risiko ditolak, ya gak apa-apa. Paling gak kita udah menunjukkan sikap dan niat bahwa kita serius dalam karier.
6. Berani saja mengutarakan pendapat kapan pun ada kesempatan.
Sekarang sudah saatnya bagi kita untuk meniru budaya Jepang tentang kedisiplinan. Bukan hanya makanan atau gaya rambutnya.
Apalagi jika pernah punya pengalaman buruk dalam usaha atau karier. Kebangkitan Jepang dari negara kalah perang menjadi adidaya seperti sekarang bisa dijadikan motivasi. Jepang saja bisa, kita juga bisa dong.yang paling di perlukakan adalah kemauan untuk berkembang.
0 komentar:
Posting Komentar